Saat pertama diciptakannnya aksara lontarak oleh Daeng Pamatte pada abad 14 silam, aksara ini bernama huruf jangang-jangang atau dalam bahasa Makassarnya “hurupuk jangang-jangang” karena bentuknya menyerupai burung, kemudian berubah bentuk menjadi lontarak belah ketupat karena memang bentuknya menyerupai belah ketupat atau biasa disebut juga lontarak Makassar.
Pada abad 14 saat itu masyarakat gowa belum mengenal kertas sebagai media untuk menulis, walaupun saat itu sudah ada aksara yang dipakai dalam berkomunikasi.
Sebenarnya penulisan aksara lontarak ini bisa dituliskan pada media apa saja, baik itu batu, kayu, kulit hewan maupun daun-daunan. Pada nisan kuno, kebanyakan tulisan ditulis dalam aksara lontarak. Juga pada kayu, hanya saja usia kayu terbatas sehingga banyak yang lapuk. Kemudian dicarilah media yang mudah dan praktis yang bisa dipakai untuk surat menyurat dalam pemerintahan saat itu.
Setelah dicari media yang cocok untuk menuliskan aksara ini, maka ditemukanlah daun lontarak yang merupakan tumbuhan khas masyarakat Gowa saat itu yang sekaligus dijadikan lambang kejantanan bagi kaum lelaki.(Pustaka Refleksi)
Oleh karena penulisan aksara belah ketupat ini umumnya menggunakan daun lontarak, sehingga masyarakat Makassar saat itu memberinya nama dengan aksara lontarak, artinya aksara yang ditulis dalam daun lontarak. Dari situlah nama aksara lontarak berasal dan digunakan hingga saat ini.
///>>> Posting. Olank
Tidak ada komentar:
Posting Komentar